Dunia memang tidaklah begitu luas bila dibandingkan dengan keluasan hati orang yang selalu memberikan pertolongan kepada siapa saja yang seharusnya diberikan bantuan. Jarang sekali di era modernis ini kita temukan orang yang ikhlas dan santun memberikan dan mencurahkan segenap kemampuannya membantu orang yang sama sekali bukan keluarga, kerabat bahkan karibnya. Keyakinannya terhadap sabda Rasululloh saw telah tertanam menjadi prinsip hidupnya, menyatu dan terealisasi dalam muamalah. Pertolongan yang diberikan ternyata menjadi awal masuknya hidayah dari Alloh swt. Subhanalloh.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Alloh, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah: 2)
Ia bercerita, tahun 2000 pertama, dia menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Sampai di pelabuhan, ia tidak tahu harus kemana. Akan tetapi langkahan kakinya menuntun, berjalan menuju angkutan bis jurusan Sukabumi. Sukabumi seolah menjadi tujuan, padahal tiada satu pun sanak keluarga di kota jaipong tersebut dan untungnya malam itu ia menemukan sebuah surau untuk menginap.
Menginap di surau itu ternyata bukanlah suatu kenyamanan baginya. Selain nyamuk, ternyata malam itu terjadi tragedi yang sangat memojokkannya.
Memang sudah qadarulloh, saat itu terjadi pencurian dan tanpa disangka sang maling pun berlari menuju arah surau, karena kagetnya ia terbangun dari tidurnya menuju keluar surau. Bersamaan dengan itu, ternyata teriakan maling terarah padanya. Senjata yang dibawa warga tertuju padanya. Tidak ada satupun cara membela diri kecuali teriakan sabar kepada warga.
Alhamdulillah, keadaan menjadi tenang, sehingga dengan serta merta ia berusaha membela diri. Dia berembuk dengan orang yang terpandang di kampung tersebut. Alhamdulillah, Alloh menyelamatkannya dan warga pun mengetahui bahwa dia adalah orang baru yang ingin merantau di tanah jawa, bukan pencuri yang kabur tadi. Akhirnya selamatnya dia, ternyata menyelamatkan juga maling yang menjadi kejaran massa.
Berselang waktu, karena sikapnya yang sopan, warga memberikannya sebuah rumah untuk dihuni olehnya. Rumah sederhana, namun tidak sesederhana masalah baru yang datang.
Pada suatu hari, tiba-tiba ada dua orang wanita lari ketakutan masuk ke dalam rumahnya. Kedua wanita tersebut meminta kepadanya, “Kalau ada yang yang mencarinya, tolong katakan tidak ada”.
Dalam keheranan, dia pun menuruti permohonan kedua wanita tersebut. Ternyata benar, ada satpam yang mencari kedua wanita tersebut dan dia pun mengatakan seperti permintaan wanita tadi. Lalu, satpam itu pun pergi.
Setelah satpam itu jauh meninggalkannya, dia masuk menemui wanita tersebut dan menanyakan permasalahan yang sebenarnya. Sambil menahan air mata yang jatuh, mereka berdua menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ternyata kedua wanita itu, adalah penduduk asal Purwekerto dan mereka adalah calon TKW yang dijanjikan akan diberangkatkan ke Malaysia, akan tetapi setelah menunggu selama tujuh bulan, pemberangkatan pun tak kunjung datang. Karena bosan dan tak tahan, bahkan untuk sekedar menelepon keluar pun tidak diperbolehkan, terlebih setelah terjadinya kasus bunuh diri rekannya akibat merasa diperlakukan seperti di dalam penjara. Karena tidak ingin apa yang dialami temannya juga menimpa padanya, maka, mereka nekat kabur dangan memanjat tembok tempat mereka disekap, dari tempat penampungan calon TKW tersebut.
Mendengar cerita tersebut, dia pun merasa iba, kemudian memberikan uang saku sisa ongkos perjalanannya untuk kedua wanita tersebut agar dapat kembali berkumpul bersama keluarganya di Purwekerto. Dan saat itu, hanya itu yang bisa dia lakukan, tanpa bisa mengantar mereka ke terminal. Akhirnya, mereka pun pergi dan dia hanya bisa memberikan senyum iba kepada keduanya.
Pernah suatu ketika di bulan Ramadhon ketika dia naik kereta api, ada seorang kakek-kakek yang sungguh sangat tua duduk disampingnya. Tidak berapa lama, kakek tersebut berbisik ke telinganya menawarkan seluruh pakaian yang ia bawa di dalam tas. Maka dia pun kaget dan menanyakan kenapa tiba-tiba kakek tersebut berkata demikian.
Kakek itu bercerita kepadanya bahwa ia mencari anak lanangnya yang tinggal di Pasar Minggu. “Sudah lama tidak pulang, tidak memberi kabar.” Kata kakek itu dengan mata yang berkaca menyorotkan rasa rindu.
Maka dengan berbekal uang hasil menjual tanah ia berangkat dengan naik kereta. Namun malang, di kereta, uangnya ludes dicopet, hingga yang tersisa hanya pakaian yang ditawarkan tadi. Kakek itu juga telah melapor ke polisi, namun polisi hanya memberikannya sehelai kertas keterangan tentang “Kehilangan Barang”. Memang, namanya juga polisi sekarang, banyak yang sudah seperti para penjahat yang tidak punya nurani. Bedanya, yang satu maksa, sedang yang satu pakai PERGA (Peraturan Negara).
Melihat kondisi kakek tersebut yang sangat renta, dia merasa iba. Maka, ketika kereta berhenti, dia turun mengajak kakek tersebut sambil menawarkan untuk membawakan barangnya. Akan tetapi kakek tersebut menolak, mungkin khawatir kalau dia akan menjadi pencopet kedua. Dengan tubuh bergetar kakek itu terlihat sempoyongan membawa barangnya.
Karena melihat kondisi kakek itu sudah sangat lemah sekali, dia menawarkan makan untuk kakek tersebut di salah satu kafe stasiun tersebut. Akan tetapi kakek itu malah mengatakan: “Meninggal dalam keadaan shaum lebih baik bagi saya”.
Perkataan kakek tersebut sungguh menghentak relung hatinya. Bagaimana tidak tubuhnya yang renta, ternyata tidak sedikitpun menggoyahkan imannya untuk tetap taat pada perintah Alloh swt. Berbeda jauh dengan mereka yang sehat, yang mematuhi perintah Alloh swt setengah-setengah atau bahkan tidak patuh sama sekali. Na’uzubillah.
Akhirnya, ketika maghrib tiba, ia mengajak kakek itu buka bersama. Yang mengejutkan, selepas buka shaum, kakek tersebut memeluknya, mungkin wujud rasa terima kasih untuknya. Tanpa terasa dia meneteskan air mata, begitu juga kakek tersebut. Singkatnya, setelah itu, karena alamat anaknya pun hilang, dia hanya memberikan kakek tersebut ongkos untuk kembali ke kampungnya.
“Itulah kenangan yang takkan terlupakan oleh saya.” Kata pemuda sumbawa ini. Perkataan kakek itu terus terngiang-ngiang dalam benaknya dan menjadi motivasi baru baginya untuk meningkatkan ibadahnya di waktu muda, sehat, dan kuatnya. Semoga sabda Rasululloh ini terlimpah padanya.
“Barang siapa menghilangkan kesukaran dari orang muslim maka Alloh akan menghilangkan darinya satu kesukaran dari kesukaran-kesukaran yang ada pada hari kiamat”. (HR. Bukhari-Muslim)
File Gerimis Edisi 12 Tahun ke-1/2005
Filed under: Ibroh | Leave a comment »