Perintah yang Terabaikan!!
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
(QS. An Nisaa: 58)
Ketika Allah swt mensifati orang-orang yahudi sebagai kaum yang meyembunyikan kebenaran dan suka mengkhianati amanat. Mereka berkata kepada orang-orang kafir dari kalangan mereka dengan perkataan; “mereka itu lebih mendapatkan jalan petunjuk dari pada orang-orang mu’min”, maka Allah swt memerintahkan kaum mu’minin di dalam ayat ini untuk menunaikan amanat-amanat di dalam semua urusan. Baik urusan-urusan itu termasuk ke dalam urusan-urusan keagamaan dan gerakan-gerakan kepemikiran atau urusan-urusan keduniaan dan sosialisasi kemasyarakatan.
Ar Razy berkata: “Ketahuilah! Bahwa pergaulan manusia terbagi kedalam tiga bagian, yaitu bersama rabbnya, bersama dirinya, atau bersama seluruh makhluk. Tentunya dalam hal ini konsep amanat haruslah diperhatikan dan dijaga di dalam tiga kelompok ini. Adapun menjaga amanat kepada Rabb, yaitu dengan cara mengerjakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya hal ini bagaikan lautan yang tak bertepi. Ibnu Mas’ud berkata; “Amanat dalam segala halnya adalah sebuah kepastian, dalam wudhu, mandi, shalat, zakat, dan shaum” (Tafsir Kabir: 10/143).
Wudhu adalah sebuah amanat yang dituntut pada diri anda. Anda harus menunaikannya dengan sempurna, meratakannya, dan menerapkannya dengan benar dari Rasulullah saw baik dalam sifat maupun tatacaranya tanpa mengubah dan menguranginya sedikit pun. Mandi janabah pun adalah sebuah amanat yang wajib kita jaga bila ada faktor yang mengharuskan untuk itu. Kita wajib meratakan air keseluruh tubuh kita, hingga jangan sampai tertinggal sejengkal pun. Bahkan kita dianjurkan mandi sebagaimana Rasulullah saw mandi.
Demikian pula shalat adalah sebuah amanat yang dituntut pula dari diri anda. Anda harus menjaganya dengan cara menyempurnakan wudhu dan giat untuk datang di awal waktu, ikut menghadiri jama’ah, khusyu’ dan tunduk hanya untuk Rabbul ‘alamin. Anda dituntut untuk membaguskan bacaannya, tertib dan tenang di saat ruku’ dan sujud, lebih dari itu anda pun harus shalat sebagaimana Rasulullah saw shalat.
Tidak lupa zakat, yang masih bagian terpenting dari sebuah amanat. Dimana anda wajib untuk membyarnya setiap kali anda sampai pada batas yang telah diwajibkan, baik dengan harta, pertanian, atau peternakan. Anda harus mengeluarkannya dari jiwa yang baik, sempurna tanpa kurang satu apapun. Anda harus meletakkannya di atas tangan yang berhak dari golongan fakir dan miskin atau lainnya seperti yang telah Allah swt sebutkan dalam firmannya; “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para Mu’allaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana” (QS. At Taubah: 60).
Shaum adalah sebuah amanat, anda wajib mendekatkan diri anda kepada Allah ta’ala di dalamnya. Melaksanakannya sebagaiamana perintah, tanpa mencela, mengumpat dan berbuat kefasikan. Jika ada seseorang yang menghina dan mencaci anda, maka katakanlah; “saya sedang shaum, saya sedang shaum” Tidak hanya itu, tapi seyogyanya pula pendengaran, penglihatan, dan anggota tubuh anda melakukan shaum. Jadikanlah hari dimana anda shaum, sebagai hari yang penuh dengan ketenangan dan ketentraman! Jangan samakan hari dimana anda shaum dengan hari-hari biasanya!
Maka, apabila setiap kali manusia bersungguh-sungguh untuk menunaikan seluruh peribadatan ini seperti yang diridhoi oleh Allah swt, sungguh dia adalah orang yang telah menunaikan amanatnya. Namun sebaliknya, setiap kali pula ibadah tersebut terlepas darinya, maka dia telah berkhianat terhadap amanatnya sebatas yang terlepas dari amanat itu.
Ibnu Umar ra berkata; “Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan alat kelamin manusia, kemudian berfirman: “Ini adalah amanat padamu yang harus disembunyikan, jagalah dia kecuali dengan haknya” Maka apabila dia menjaga kemaluannya dari pandangan, sentuhan dan persetubuhan yang bukan haknya, sungguh dia telah menunaikan amanatnya. Dan setiap kali dia melakukan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah swt, maka dia telah mengkhianati amanat itu”
Telinga adalah amanat, anda wajib menjauhkan telinga anda dari mendengarkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah swt untuk mendengarkannya. Entah itu musik, lagu, kata-kata kotor, menggosip, dusta atau kata-kata yang mencela Islam. Hendaknya anda menggunakan telinga anda untuk mendengarkan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah swt kepada anda. Seperti mendengarkan al Qur’an, perkataan yang baik atau nasehat yang bagus.
Kedua mata adalah amanat, anda wajib menundukkan padangan anda dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah swt. Seperti memandang wanita asing atau lainnya yang termasuk kedalam perhiasan dunia. Hendaknya anda memalingkannya kemudian mengarahkan pandangan anda kepada alam semesta di sekeliling anda atau keindahan langit dan bumi. Agar keimanan anda bertambah yang akhirnya keyakinan anda pun semakin mantap dan kuat.
Lisan juga sebuah amanat, anda harus menahannya dari semua hal yang diharamkan oleh Allah swt dan tidak terjerumus di dalamnya. Tidak berkata-kata dusta, menggosip, mengadu domba, bersumpah palsu, atau berbicara kepada Allah swt tanpa ilmu dan yang semisalnya. Hendaknya anda menggunakan lisan anda untuk membaca al Qur’an, dzikrullah (mengingat Allah), istighfar (bertaubat), memerintah kebaikan dan melarang kemunkaran, menyeru kepada kebaikan dan lain-lain yang termasuk kedalam kerangka perkataan yang baik. Maka katakan dan perbuatlah semisal ini kepada seluruh anggota tubuh dan panca indera kita.
Sedangkan amanat seseorang kepada dirinya, artinya adalah; dia hendaknya melihat kepada hal-hal yang memberikan manfaat dalam amanat itu kemudian dia mendatanginya, dan juga dalam hal-hal yang membahayakan amanatnya kemudian dia meninggalkannya. Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat memberikan manfa’at kepada jiwa semisal iman. Sebaliknya tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan amanat semisal kufur.
Hendaknya dia memilih jalan bagi amanat itu yang bermanfaat baginya untuk kemudian dia berjalan di atasnya, serta menjauhi jalan yang membahayakan amanatnya ketika berjalan di atasnya. Tidak ada hal yang lebih bermanfaat bagi jiwa dari pada jalan Allah yang lurus, yang tergambar di dalam peribadatan kepada Allah ta’ala di atas jalan Rasul-Nya, dan sebaliknya tidak ada jalan yang lebih berbahaya dari pada jalannya syaithan yang tergambar di dalam kesyirikan terhadap Allah ta’ala serta peribadatan kepada-Nya melalui jalannya hawa nafsu dan kebid’ahan.
Maka barang siapa yang memilih yang terbaik bagi dirinya di dalam amanat agama dan dunianya, sungguh dia telah menunaikan amanat diantaranya dan diantara dirinya. Dan barang siapa memperkuat syahwatnya, serta hawa nafsunya mengalahkan dirinya sehingga kufur mempengaruhi iman atau kemaksiatan di atas keta’atan dan bid’ah di atas sunnah maka dia telah mengkhianati jiwanya atau dirinya.
Adapun memelihara amanat terhadap seluruh makhluk, maka termasuk didalamnya adalah; keluarga yang terdiri dari isteri dan anak. Keluarga anda adalah amanat di samping anda. Anda wajib takut kepada Allah terhadap amanat ini. Dan memelihara kemashlahatan agama dan dunianya. Serta memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemunkaran. Mengarahkan mereka kepada kebaikan, agar mereka mengamalkan hal itu sebagai penjagaan mereka dari api neraka sebagai mana yang telah Allah perintahkan kepada anda dalam firman-Nya: (QS. At Tahrim: 6), dan (QS. Thaha: 132).
Rasulullah saw bersabda: “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika usia enam tahun dan pukullah mereka ketika usia sepuluh tahun”.
Kewajiban serorang ayah terhadap anaknya adalah mendidik mereka dan membaguskan pendidikan mereka. Dan memperkenalkan kepada mereka kewajiba-kewajiban mereka kepada Allah swt. Juga kewajiban-kewajiban mereka kepada Rasulullah saw, al Qur’an, tetangga, pengajar atau guru, teman, pejalan kaki dan di jalanan dengan cara menjahui bersenda gurau dan juga tak lupa kewajiban menjaga barang kepunyaan milik orang lain. Jadi secara globalnya,kewajiban seorang ayah adalah mengajarkan anak-anak mereka tentang bagaimana menjaga hak-hak Allah swt dan hak diri mereka, juga hak seluruh hamba. Maka apabila seorang ayah melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut , sungguh dia telah menunaikan amanat. Dan sebatas dimana mereka menyepelekan kewajiban mereka ini, maka disitulah terjadi khianat.
Termasuk kedalam bentuk penjagaan amanat ini adalah,orang yang pintar mengajarkan orang yang bodoh. Karena ilmu di tangan pemiliknya adalah sebuah amanat, Allah swt telah mengambil perjanjian dengan mereka untuk menyampaikannya kepada yang membutuhkannya. Allah swt berfirman: (QS. Ali Imran: 187). Dan Allah swt mengancam dengan ancaman dan balasan yang keras bagi orang yang menyembunyikan ilmu terhadap yang membutuhkannya. (QS. Al Baqarah: 159). Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia akan dikekang dengan tali kekang dari api pada hari kiamat”
Maka wajib seorang yang alim mengetahui bahwa orang yang bodoh merupakan amanat yang dibebankan di atas pundaknya. Dia wajib untuk menasehatinya dan tidak boleh menipunya, serta memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Mengajarkan sunnah serta menjadikan dia mencintainya, dan mengenalkan bid’ah hingga menjadikan dia membencinya. Mengajarkan dia tentang ma’af dan toleransi, dan menjauhkan dia dari fanatisme kesukuan dan seruan jahiliyah.
Begitu pula amanat para pendidik dan pengajar kepada anak didiknya atau murid-muridnya. Murid adalah amanat di tangan seorang pengajar. Kewajiban yang dituntu dari seorang pengajar kepada muridnya sama sebagaimana kewajibannya kepada anaknya. Dia harus menasehatinya, mengarahkannya, mengajarkannya dan mendidiknya. Mengajaknya kepada kebaikan, memerintahnya kepada yang ma’ruf dan melarannya dari kemunkaran. Tidak menyepelekan kesungguhannya, dan tidak menyembunyikan sedikit pun ilmu kepadanya sebab bila dia melakukannya, sungguh dia telah berkhianat.
Pelajaran yang telah ditentukan bagi murid di sekolah adalah amanat di pundak para guru.Mereka wajib bertaqwa kepada Allah di dalam pelajaran ini, dan menunaikannya dengan amanat, dan mengerjakan kewajibannya dengan penuh rasa ikhlas ketika dia menerangkan pelajaran, menjawab permasalahan, mengajarkan yang belum mengerti. Dan dia tidak boleh menyampaikan apa yang ada padanya kemudian meninggalkan murid baik faham atau pun tidak.
Pengawasan ketika ujian pun adalah sebuah amanat. Wajib bagi dia untuk mengawasi dengan cara membuat aturan yang tegas dan tidak toleransi terhadap murid yang menipu atau curang. Rasulullah saw bersabda; “Barangsiapa yang menipu, maka bukan golongan kami”
Perbaikan di dalam ujian pada akhir tahun adalah amanat. Wajib bagi para pendidik untuk bertaqwa kepada Allah swt di dalamnya, tidak menilai seorang murid hanya dari dirinya saja, dan memutuskan rangking di antara mereka dengan adil. Jangan menjadikan seorang murid anak kesayangan dikarenakan dia belajar kepadanya atau karena dia adalah anak temannya, shahabatnya, atau kerabatnya. Apabila dia melakukan hal tersebut, maka dia telah berkhianat.
Amanat lainnya adalah, hajat hidup orang banyak yang ditanggung oleh para pegawai pemerintahan. Kemashlahatan umum ditangan para pegawai adalah sebuah amanat. Pemerintah telah menempatkan setiap pegawainnya pada posisinya untuk bertugas melayani kebutuhan masyarakat, kesejahteraan mereka dan menghilangkan permasalahan mereka. Maka wajib bagi setiap pegawai untuk takut kepada Allah terhadap amanat ini. Hendaknya mereka bertugas dengan penuh rasa ikhlas, dan tidak boleh berlebihan didalamnya atau mungkin meremehkan.
Semua bentuk amanat di atas hanyalah segelintir dari bentuk amanat yang dibebankan di atas pundak kita. semua itu adalah perintah, perintah dari Rabb yang Maha Mensyukuri dan tidak pernah menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Amanat tidak akan pernah luput dari catatan dan pengawasan-Nya.
Begitu berat dan besarnya perintah amanat ini, sehingga kita sering melupakan dan mengabaikannya. Tak heran bila gunung, bumi dan langit enggan untuk memikulnya. Wassalam (Red)
Filed under: Renungan | Leave a comment »